Kamu, Dia, Mereka, dan juga saya, singkatnya kita pasti pernah merasakan jatuh cinta. Rasanya Subhanallah ^^ tidak mudah menjabarkannya tapi kurang lebih seperti ini: deg-degan ga karuan pas ketemu si dia, pipi jadi nge-pink kalau tiba-tiba dia menyapa apalagi memuji, salah tingkah waktu dia ngajak ngobrol, dan luar biasa jealous ketika dengar kabar si dia sedang dekat dengan si itu, apalagi kalau ngeliat secara live alias langsung, huhu.. kalau cewe bisa nangis semalaman, kalau cowo bisa berantem sama saingannya. Ya, kurang lebih seperti itulah jatuh cinta. Mungkin ada yang bilang berlebihan, ada juga yang bilang ‘gue banget!’ hehehe… (curhat). Pepatah bilang cinta itu buta, cinta itu indah, cinta itu menyakitkan ‘ga lagi-lagi deh jatuh cinta’. Apapun pendapat teman-teman, cinta memang memiliki banyak arti, kekanan atau kekiri kita-lah drivernya, manis atau pahit kita-lah chef nya. Jadi mari kita memaknai cinta dengan bijak.
Ada dorongan untuk saya menulis tentang cinta ketika saya mengalami, merasakan, dan menjadi korban dari simbol hati berwarna merah jambu itu (sadis yaa hehe ^^). Semakin semangat menulis ketika saya mulai menemukan bagaimana seharusnya kita meramu cinta menjadi sebuah anugrah.
Cinta itu fitrah. Semua manusia pasti memiliki dan akan merasakan hadirnya. Jangan mengelak atau menolak karena sesungguhnya Allah yang menciptakan cinta. Bukankah Allah mempersatukan Ayah dan Ibu dengan cinta. Allah juga yang melanggengkan tali persaudaraan sesama manusia dengan cinta. Dan tugas kita sekarang adalah meramunya agar cinta tetap tumbuh. Pintar-pintarlah meramunya menjadi layaknya sebotol minuman pelepas dahaga di teriknya mentari, menjadi selimut dikala malam mulai tak bersahabat, menjadi kompas saat kita tak tahu jalan pulang. Ah, apapun jadinya, pandailah! Ketahuilah bahwasanya dulu Rasul pernah memerintahkan sahabatnya untuk mengungkapkan rasa cinta kepada sesama sebagai tanda persaudaraan (ukhuwah).
“Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mencintai orang ini.”
“Apakah engkau sudah memberitahukannya?”
“Belum.”
“Beritahukan kepadanya tentang perasaanmu itu.”
Sahabat (lelaki) pun mengejarnya dan mengatakan bahwa Ia sangat mencintainya karena Allah. Dan orang itu pun menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau telah mencintaiku karena-Nya.”
Subhanallah, itulah cinta. Ungkapkanlah rasa cinta karena Allah.
Cinta terkadang tidak bisa terangkum oleh bantuan, pertolongan, dan perhatian saja, tetapi lisan. Terkadang lisan (kata-kata) lah yang menyempurnakan hadirnya cinta seperti yang tealh Rasul ajarkan.
Pertanyaannya: Lalu, apakah saya harus mengungkapkan rasa cinta saya pada Afgan?? >.< ~~~ thinking!
+++ To be continued ~~ hoaammhhh ngantuk zzz… 25 August 2011 – 00.10 AM +++
(Terinspirasi dari Smart Love ~Kusmarwanti M. Idham~. Untuk sahabat yang telah menghadiahkan, terima kasih ^^) Oia, kisah sahabat Rasul juga saya dapat dari buku ini lho ^^