Di sela-sela menganalisis data, kantuk pun datang. Padahal angka-angka dilayar laptop yang mulai menyebalkan memelototi saya. Entah takut atau mencoba tidak peduli saya membuka sebuah medsos dimana saya banyak meng-upload foto-foto saya di bawah langit-Nya- saat saya disirami hujan dan saat awan berseri memandang saya.
Terhenti saya di foto seseorang di parangtritis. Ingatan yang cukup kuat membawa saya membuka file-file itu, ketika saya memutuskan untuk hijrah ke Jogjakarta setelah menghabiskan ribuan hari di Bandung dan ratusan hari di Cirebon, tempat singgah yang seharusnya bukan untuk sesaat- sepertinya. Ya, nyatanya saya tidak pernah bisa berdiam lama di satu ruang yang desainnya selalu sama sama.
Manusia berubah, Sama halnya saya. Perubahan hati, pikiran dan penampilan. Ini lucu tapi memang ini yang paling nampak dari sebuah foto kemarin dan hari ini. Mungkin bagian dari sebuah pencarian identitas ^^
Kamar untuk tiga hari |
Teringat saya pada teman-teman yang dulu menemani saya untuk ujian masuk sekolah pascasarjana di UGM. Sebuah keputusan yang cukup gila untuk saya yang begini. Entah bagaimana menjelaskannya. Saat itu, satu hari saya habiskan untuk belajar matematika dasar yang susahnya minta ampun. Jelas susah. Sudah sangat lama saya tidak bermain angka - sudah sangat lama saya menjadi bagian dari cerita-cerita novel, kadang menjadi pemeran- kadang menjadi penikmat. Angka adalah musuh. Tapi saya tertawa sore ini, berbicara pada diri kemaren 'kamu lucu! kamu hebat! - Kamu yang kemaren membawa kamu saat ini' - Selamat! Kamu cukup hebat dengan beberapa keterbatasan saat itu.
Besama Matematika Dasar |
Duduk di antara manusia-manusia hebat yang mengikuti test saat itu adalah luar biasa. 'Dan kamu mampu menaklukannya- tentu saja atas izin pemilik diri dan otakmu, Allah.'
Ruang Ujian |
Sambil menari di ujung sunset parangtritis, saya merayakan hari panjang yang melelahkan. Tentunya sambil berbicara pada Jogja, 'izinkan saya singgah di kotamu yang indah menurut banyak orang'. Terekam jelas dalam video-video yang saya buat- betapa saya dulu lucu. Kalian tau? Saat-saat seperti ini adalah saat-saat saya merindukan buah hati. Satu hari nanti, sambil memandang romantisnya rintik hujan di luar sana, saya akan menceritakan detail pada buah hati saya bagaimana Ibunya dulu. Saya menyiapkan banyak cerita atas izin Allah - untuk kemudian bisa menjadi semangat bagi mereka. Semoga.
Menari di ujung sunset parangtritis |
Balinya Jogja |
Dan Jogja pun mencintai saya penuh. Satu tahun belajar di UGM itu luar biasa - dengan mereka yang tak lelah berlarian dari sebuah diskusi ke diskusi lainnya. Folder foto dan video yang kemudian menjadi saksi saya pernah berlelah bahagia di Jogja, kota yang panas saat siang dan romatis saat malam. Kota yang mengajarkan untuk berbagi. Salah satunya berbagi tumpangan karena susahnya angkutan umum disana ^^ Ah- Jogja. Tunggu saya. Saya akan kembali menyapamu dengan suami dan buah hati saya. Menunjukan sudut-sudut indahmu.
Hampir setiap hari penuh diskusi tentang media |