Hidup itu penuh pilihan, katanya sambil mengaduk coffee latte yang sudah teraduk. Layaknya satu nomor ujian matematika pilihan ganda, yang dibutuhkan adalah ketelitian dan aku sanggup menghitungnya tanpa kesalahan sedikit pun.
Tak lama ia memegang cangkirnya dan meneguk, satu tegukan saja. Kemudian berdiri di ujung balkon itu. Aku menunggu, apalagi yang akan ia ucapkan.
Tapi hidup bukan matematik, emosinya sedikit menanjak. Lalu ketika hidup memaksa kita untuk memilih, rumus mana yang harus kugunakan?
Aku semakin tak paham dengan tuturnya.
Baiklah, begini : aku bacakan satu soal tentang hidup dan kamu harus menjawabnya : Usiamu tak lagi remaja, manakah yang kamu pilih :
A. Menikah dengan dia yang penuh cinta tapi ia tak ingin kau tinggal sedetik pun,
B. Melanjutkan study di negeri sebrang dengan full scholarship, hanya berlaku tahun ini.
Hi, jangan melamun, jawablah! Hidup ini harus memilih bukan?
18 Nov 11 11.04 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar