19 Juli 2015 |
Esok siang adalah siang yang tak biasa. Akan ada detik dimana perubahan akan dan memang harus terjadi. Dan sore ini semuanya masih biasa-biasa saja. Saya sendiri bingung karena belum ada rasa yang mereka ceritakan. Saya belum pernah mengenal rasa itu. Atau mungkin inilah rasa itu, rasa yang tak terbendung, hingga begini. Entahlah, yang ada saat itu hanya rasa tak percaya. Berkali-kali saya menepuk diri untuk membebaskan lamunan pergi, bukan diam dan mengikat. Bangun! Bismillah!
Rasa yang bercampur muncul pagi itu. Puji-pujian tak henti-hentinya terlantun dari hati ini. Ya Rabb, Kuasa-Mu sungguh luar biasa. Benar, hanya Dia, Allah SWT, yang mampu membolak-balik hati bahkan dalam hitungan detik. Allah Maha Luar Biasa. Berulang kali doa keselamatan, keberkahan, dan kelancaran saya sampaikan. Rabb, berkahi hari ini. Jadikan setiap detiknya penuh dengan berkah dan ridho-Mu. Selamatkan ia yang sedang dalam perjalanan datang ke sini, ke tempat dimana saya sedang duduk menanti.
Berkali-kali saya datangi cermin. Selain memastikan semuanya layak dan pantas, saya juga berdialog. Saya kah? Dia kah? Benarkah? Bismillah.
Tiba-tiba suara perempuan yang paling saya cintai memanggil nama saya dari ruangan sana. Ruang dimana ada puluhan orang yang sedang duduk berbincang di atas karpet yang saya bentangkan pagi tadi. Seketika hening ketika saya buka pintu dan saya sadar penuh, saya sedang mencuri pandangan dan perhatian mereka. Sorot mata dan senyum mereka membuat jantung ini semakin berdegup kencang. Tubuh ini dingin. Saat saya langkahkan kaki, ada rasa yang membuncah di hati, rasa bahagia ini yang saya tunggu sejak lama, iya- inilah rasa itu, rasa yang dulu saya pertanyakan dan saya nantikan.
"Bismillahirrahmanirrahim, diteruskan." itu jawaban saya ketika di tanya, apakah di teruskan atau tidak; diterima atau tidak diterima. Ada sosok ibu yang mendekat tersenyum dan mengeluarkan satu kotak kecil perhiasan kemudian memakaikan cincin emas di jari manis saya sebelah kiri. Dan ia masih tertunduk di sana, memakai baju koko coklat.
Bibir ini tak mampu berkata apa-apa. Hanya mata yang sesekali nakal mencuri pandang. Langkah ini sudah cukup jauh mencari. Bahkan ada waktu dimana putus asa menghampiri. Semuanya seperti tak berujung. Tapi ternyata laki-laki berbaju koko coklat itulah jawabannya. Semoga benar dan selamanya. Semoga memang kita. Dan iya, saya putuskan untuk berhenti di sampingnya. Mendampingi dan didampinginya. Insya Allah ^^
Jalan sempit pasti ada, begitupun dengan liku. Tapi percaya Pemilik Hati pasti akan memberi jawaban asal kita tak pernah berhenti dan menyerah.
---
Hai ^^ penulis blog ini sudah di khitbah. Alhamdulillahirrobil 'alamin. Yups~ tepatnya satu hari setelah hari Raya Idul Fitri, 19 Juli 2015. Tanpa persiapan apapun sebelumnya apalagi berhari-hari, ketika Allah berkehendak - jadilah! Hanya dalam hitungan jam. Semuanya luar biasa - triiing! Allah Maha Hebat ^^
Mohon doanya yaa~ semoga kami berjodoh dan perjalanan kami untuk bersatu lancar dan dimudahkan :) Untuk sementara, si laki-laki ganteng ber-koko coklat masih dirahasiakan sampai hari H - Hihihi~
Kedapannya mungkin kami akan menulis berdua~ howreeeyy blognya bakal lebih rame. Insya Allah~~
Salam bahagia,
Penulis yang sedang menunggu hari H *cikickiiw~
Kangeeeeennn! #upppss~
Seoul 24 Agustus 2015 21.09 PM
Waaahhh... selamat yaaaa... ga nyangka loh...
BalasHapusSemoga jadi berkah bahagia. Amiin...
[dan pemakai koko coklat itu masih dirahasiakan oleh umum. Hahahahaha]
Waaaaahhh~~~ makasiiih yaaa ^^ sama, saya juga ga nyangka~
HapusAamiin~~ semoga berkah ^^
Iyaa~ masih dirahasiakan~ hihihi
Alhamdulillah, moga selalu diberi kemudahan & kelancaran hingga saat itu tiba.
BalasHapusAamiin Ya Rabb ^^~~ makasih doanya Phita :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus