Hangat mentari siang ditemani sapuan sejuk angin kali ini membawa kakiku melangkah ke halaman utama kampus. Ada banyak blok rerumputan yang mulai tumbuh, menghijau. Tidak sedikit dari mereka yang membuat lingkaran bersama teman-temannya dan mulai berbincang asyik. Tak hanya gelak tawa yang menceriakan siang itu, tapi juga nyayian dan tarian dari kumpulan mahasiswa. Mahasiswa baru, sepertinya. Merayakan sebuah keberhasilan bisa menjadi mahasiswa di kampus ini. Ya, yang mereka lakukan itu semacam ritual mengungkap rasa bahagia.
Saya, siang itu menaruh pelan-pelan tas seberat kurang lebih tiga kilogram yang saya gendong sejak pagi tadi. Tas ransel hitam yang sudah robek dibagian tali pundak sebelah kanan itu saya letakan di rumput dan saya jadikan alas bantal untuk sekejap menutup mata. Berbaring sambil mengucap terima kasih. Terima kasih untuk hangat; untuk dingin; untuk kebahagiaan; untuk masalah; untuk ujian; dan untuk jawaban.
Spring datang dan saya ingin membiarkan matahari memercikan sinarnya di wajah ini. Saya- tentu saja menikmatinya. Tak hanya itu, saya tak keberatan ia masuk ke dalam setiap sela rajutan benang yang membalut tubuh ini.
Saya tahu ini sesaat- karena semua akan berganti. Semua bercerita- tidak hanya aku, tapi juga matahari. Tidak hanya kamu, tapi juga daun yang tak tersentuh. Semua bercerita.
- feeling so emotional.
- bersambung.
Seoul 25 Maret 2016 06.25 PM