Merindukan keangkuhannya
Menangisi tawanya
Mengukir langkahnya
Kapan kita minum es jeruk lagi?
Dan itu lembar terakhir.
15 okt 09 1.58 PM
Merindukan keangkuhannya
Menangisi tawanya
Mengukir langkahnya
Kapan kita minum es jeruk lagi?
Dan itu lembar terakhir.
15 okt 09 1.58 PM
Aku pohon yang sudah cukup besar. Belum besar. Tidak kecil.
Aku sudah empat tahun tumbuh disini.
Ditanah yang tak subur dan tak juga gersang.
Aku pohon yang masih membutuhkan pupuk.
Dan aku juga membutuhkan air agar semua proses dalam tubuhku normal.
Kemarin, dua hari yang lalu, empat puluh delapan jam yang lalu, dua ribu delapan ratus delapan puluh menit yang lalu ...
Dua hari yang lalu, dua sinaran yang lalu, dua sabit yang lalu ...
Bukan hari ini! Atau esok! Dua hari yang lalu aku membutuhkanmu, Air dan Pupukku!
Bukan hari ini atau esok!
Demo, itsumo arigatou!!
20-10-09 11.23 PM
Semua ada waktunya.
Cinta itu persahabatan.
Persahabatan itu cinta.
Ah, biarlah...
Semua hal yang sudah atau akan kita lalui pasti berproses.
Sebuah puisi yang Mey tulis. Ia bacakan di perlombaan membaca puisi tingkat SMA. Puisi tersingkat saat itu. Tapi membutuhkan waktu yang tak singkat untuk memahaminya.
Mey, biarlah ...
15 okt 09 02.21 PM
Suatu sore,
Sepasang kekasih sedang merajut senja. Kukatakan demikian karena aku penulisnya.
Pria bertato dibalut pakaian hitam dengan sedikit janggut "sayang, laper nih. suka sate?"
Sang permaisuri hati pun menjawab dengan anggun yang berlebih, "iya, aku suka sate. makan yuk!"
Pria: "Yuk, disebrang jalan sana ada warung sop iga sapi yang enak lho!"
Teng - tong - Loh?
15 Oct 09 1.55 PM
Lama tidak jumpa.
Setiap pertemuan, kamu melahirkan ide liar, selalu!
Ada-ada saja.
Buatku tertawa geli sendiri. Disini. Lama tidak jumpa.
Akan ada waktu nanti. Kita berdebat lebih liar.
Tak habis senyum ini. Lama tidak jumpa.
Nanti, kamu yang mencariku.
8 Oct 09 05.12 PM
Aku menunggu! Kamu diam!
Aku letih! Kamu berlari!
Aku terjaga! Kamu terlelap!
Payah!
15 okt 09 1.44 PM
Terangkan padaku sifat wanita, agarku mampu memahami bahasa mereka, agarku mengerti apa yang mereka ingini, agarku mampu memberikan kebahagian yang mereka butuhkan, sebuah sms masuk ke dalam ponsel dan memenuhi property ponselku. Jatah terakhir.
Harus kujawab apa, aku juga bingung. Tapi aku yakin, semua wanita didunia memiliki satu jawaban yang sama. Teman, bukan tugasku untuk menjawab. Cari dan beri tahu aku setelahnya.
15 okt 09 1.35 PM
Can't do anything without you, one thing that i can see is you in my mind, then darkness comes.
masi berdiri, sampai titik yang tak pasti belum ditentukan
masi tua, tetap tua, terus bahkan, sampai dimana semua beku.
kemudian menutup mata, bertemu esok tapi tetap merindu kemaren,
menunggunya cukup lama,
ak ada yang spesial kemarin,
biar kubertemu besok!
Kereta Kahuripan 19 oct 09-01.23AM
Adalah aku yang merindu cintanya. Ketika ada bahagia tapi harus diselimuti kehilangan yang entah sampai kapan. Adalah aku yang menanti setiap pergantian detik untuk menguak semuanya. Adalah aku yang, ah, bagaimanapun ini aku. Ada yang patut kubenci dari diriku tapi ada juga yang dapat kupeluk erat, sebuah kebanggaan yang berbeda.
Achenar, sebuah seni yang tak menyatu. Indah tapi tak bisa menandingi eratnya dua buah ujung yang bersatu. Mungkin itulah sebuah proses bagaimana layaknya tangan ini menari diatas tuts-tuts keyboard ketika tak ada lagi ide tetapi ada sebuah keharusan disana.
Canopus, adalah yang sedang kuteliti. Suatu cahaya dengan lebih dari lima titik yang berbeda. Belum kutemukan titik satu mereka. Belum kutemukan ada berapa jumlah titik pasti disana. Sedang kupelajari sampai nanti aku benar paham dan bisa menceritakan semuanya, pasti.
Ialah reticulum, sebuah harapan besar padamu. Menjadi sebuah penantian setelah pertanyaan sulit yang aku rangkai sendiri. Sebuah tebakan yang menjebak. Pijakan yang belum kokoh, tapi tak juga rapuh. Sepercik cahaya dari suatu lentera yang kubutuhkan lalu kemudian aku akan mengubahnya menjadi sebuah keabadian, tak akan pernah redup nantinya.
Reticulum, ada pada waktu yang tak pasti atau bahkan mungkin yang tak akan pernah ada. Ia yang menyatu pasti, pun memudar perlahan.
Aku adalah tiga pada dini hari ini. Berdiri, meringkuk, menggigil, memanggil, berteriak, mematung dalam tengah pada dua sisi. Adalah satu dan ialah dua. Satu, dua, berbeda. Belajar untuk memahaminya sehingga perbedaan itu akan pudar.
Tiga pada dini hari adalah aku. Berharap dan menangis. Mengadu pada satu cinta. Terus dan lagi hingga satu cintaku menghadiahkan reticulum itu.
Secangkir kopi itu mendamparkanku pada puluhan cerita yang tak akan habis ku ketik dalam satu malam saja. Yang tak akan selesai dalam tiga puluh enam ribu satuan waktu terkecil. Bahkan ratusan hari. Semuanya datang tiba-tiba dan mendesakku untuk memanikannya. Semuanya tak ingin terbang tak menentu. Harus ku ikat. Pasti.
Salahkah aku?
Semua menanti!
02.01 AM
September 20, 2009
1 syawal 14.30 H
Semakin ingin pergi jauh, ketika aku ada tapi tiada. Aku tenggelam dengannya, tapi aku tetap tak ada. Aku paham benar, ada tangan Tuhan disini. Ada Tuhan yang melihat dan mendengar.
Semakin ingin berjelajah mencari dunia baru dan meninggalkan mereka yang memendamku dalam. Memulainya dari awal agar harapan itu ada dan tetap mengembang. Aku merangkak dan ada kau disitu. Tapi sesaat, kemudian pemadaman.
05/10/09 08.20AM
Terkadang kesedihan itu tidak harus dibagi dengan siapapun. Entah sedekat apa persahabatan kita. Entah sebijak apa Ayah kita dan entah semengerti apa Ibu kita. Menyimpannya sendiri rapat dalam dekapan kemudian membukanya di tengah malam akan menentramkan. Itu yang berjudul kesedihan menentramkan. Adakalanya ketika semua disimpan kemudian kita meramunya sendiri akan menjadi sebuah pendewasaan diri yang luar biasa. Mulai menyusun rencana dan bisa membaca langkah selanjutnya menuju siapa kamu. Dari sinilah jati dirimu sesungguhnya muncul. Ah, betapa bijaknya aku hari ini.
29/7/09 10.15 PM
Akan ada pertemuan nanti. Belum tahu apa yang akan terjadi karena sesuai dengan teori yang berlaku bahwa esok adalah misteri. Bahkan walau hany satu detik. Aku masih merancang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Mulai dari hal kecil tentang apa yang akan mereka tanyakan padaku nanti dan jawaban apa yang cocok untuk dipasangkan. Lalu kain jenis apa dan model seperti apa yang harus kukenakan agar ada perubahan yang lebih baik untuk ku dimatanya. Yang lebih tak siap lagi, akan ada satu sosok yang paling kunanti. Apa kabar nanti. Apa kabar dia. Apa kabar aku.
23/6/09 1.22PM
Jarum jam masi berdetak. Tapi hati ini belum berdetak juga. Terasa datar. Biasa. Bukan siksa. Hanya kosong. Beberapa poin telah kucoba tulis dan memasangnya besar-besar di dinding kamar yang melantun sepi.Tapi tetap, sepi.
19/6/09 05.48PM
Selamat mengikat. Selamat Terikat. Selamat Diikat. Pada tiang yang kau pilih sendiri dengan hati lebih cepat sebelum seluruhnya bermekaran. Disini, kau berperan sebagai orang yang tak memiliki waktumu sendiri. Tidak memiliki akses untuk pergi terbang karena sayapmu terikat pada tiang. Tidak juga berbicara tanpa tiang. Satu lagi, tidak bisa juga kau pegang hak untuk sendiri dan menyendiri. Sanggup? Itu yang harus kau ambil karena itu peraturannya. Sementara aku, disini aku berperan sebagai aku, siapa saja, terserah aku. Sewaktu-waktu bisa berubah.
Aku memilih merindu. Membuat aturan berbeda yang lebih masuk akal bagiku, lebih adil, dan disini tak ada penjara. Tak ada peraturan atau bahkan rantai sekalipun yang mampu mengambil paksa aksesku untuk bermain lincah, manja, menyendiri di putihnya awan, birunya langit, lalu kemudian meluncur pada pelangi, bernyanyi berkicau bersama mereka, atau berjalan ditengah hujan menikmati sentuhannya. Ingat, kau tidak ada hak untuk mengkritiku. Karena Kau terikat.
Resya, kau terlalu manis untuk diikat. Enam belas tahun.
18/05/09 05.00PM
Sakit itu aneh. Semua terasa ngilu, nyeri. Setiap likuk tulang rasanya sudah rapuh. Mulailah penyesalan itu ada, aku tidak minum kalsium kemarin. Sakit itu setengah menderita dan setengah kebahagiaan. Ada kekecewaan yang menggunung, semakin tinggi, meluas seperti samudra. Aku menjadi puitis ketika setengah bahagia.
Semuanya salah selama ini, bisa kusimpulkan demikian.Uluran tangan kemarin itu hanya simbol ketiadaan. Masih saja aku terus berharap kesimpulan ini salah. Terlalu bodoh atau mungkin terlalu cinta.
18/5/09 05.00PM
Aku suka kau tergantung dalam kecemasan
Ada gundah itu, menggelayut liar
Panik yang kau ciptakan sendiri
Membuatku tersenyum geli
26/3/09 02.47PM
Masi terjaga. Bermain dengan tuts keyboard dengan secangkir jeruk panas. Asam, manis, kecut, tapi segar. Seperti hidup yang kita buat hidup dan harus hidup.
Tiga menit lalu baru saja kulihat dengan seksama suatu debat calon pemimpin yang semuanya berbicara sama, tentang kemakmuran. Ya, beberapa orang beranggapan hidup harus bertali dengan kemakmuran. Tapi bagaimanapun, silahkan, kita punya pendapat masing-masing dengan standar yang berbeda.
Aku kehilangannya lagi. Pergi terburu, tanpa kata apalagi obrolan. Tapi selalu ada doa disana. Berapa lama lagi suamiku akan kembali. Berapa malam lagi dan berapa cangkir lagi yang harus menemaniku hingga pintu itu terketuk cepat, hingga pelukan erat mendarat. HIdup tak ubahnya penantian dan kesetiaan bagiku.
12/06/09 12.27AM
setiap orang punya cerita masing-masing dalam hidup. Dan hanya dua inti ceritanya, bahagia dan duka.
3/6/2009 11.37PM
Rain falls tonight and then her eyes change to red. It tries to accompany her.
She cries out when she just know the rules, the story behind it.
Wherever you are, Dad, I miss you so much,,
I never see, never touch, and never hug and never kiss you, never, since you closed your eyes when rain fell at that time.
I never know what you wants, what you needs, and what's your dreams of me, a little girl who really need you beside.
Dad, I want to talk to you, want to share stories to you and many things I have.
Dad, I just know your life, your rules, and I break them. Verily, I have not listen bout them yet. And now, only regret that I have.
My beloved Dad, repentantly, Gomen nasai, forgive me.
Dad, I LOVE YOU for keeps.
You know God, when they were talking about Dad, I can't.
When they were explaining that their Dad hug them tightly, I haven't.
When they were hand in hand with their Dad, I can't.
God, let me meet him in my dream,
God, let him kiss me and hug me tightly even though only in my dream.
Dad, you know, I never forget to pray and put my arm to Allah in order to I can meet you in the heaven.
Dad, wait me there ...
Dad, I LOVE YOU for keeps,
Evermore, I LOVE YOU,
I MISS YOU for good and all.
Love you ...
27/4/09 10.46AM
Aku Reya. Penulis handal tahun ini dengan segudang cerita menyayat hati. Paling tidak itulah anugrah yang aku dapat dari salah satu majalah remaja tahun ini. Majalah itu memuat profilku dengan beberapa foto yang sengaja mereka buat menarik dengan berbagai macam gaya tentunya. Aku bahagia sekaligus takut dengan gelar yang kuperoleh. Bagaimana tidak, aku bahagia karena begitu banyak message yang masuk ke dalam email ku. Selain berkenalan, kebanyakan dari mereka juga mulai menceritakan kisah cintanya tanpa kuminta, heran. Tapi sudahlah, mungkin mereka merasa lega ketika semuanya telah dibagi dengan ku. Tapi benar dugaanku, setelah itu mereka memintaku untuk menulisnya menjadi satu cerita cinta. Hmm, aku penulis yang mengalir begitu saja, walaupun uang membayang didepan mata, aku tidak bisa begitu saja mengajak rohku menulis bebas lepas dan terbang. Sebagian dari mereka juga memintaku memfilmkan kisah cinta yang kutulis sedemikian rupa, dan memainkannya. Ya, agar jiwa cerita itu tidak pergi maka aku yang harus menjadi pemeran utamanya. Aku? Maaf!
Aku dengan segudang gelar yang kuraih tetap saja tidak mampu membuat kisah cintaku sendiri. Nihil.
19/1/09 07.09PM
Aku benci dia. Aku benci karena dia membuat aku cinta dan aku benci jatuh cinta. Seperti cerita lama tiba-tiba ada bayangan kemudian tertawa atau bahkan menangis lalu hal-hal aneh pun terjadi. Bukan hal biasa. Aku benci ketika ia menjadi bayang dalam langkahku, mengikuti kemana aku melangkah. Aku benci ketika ia menjadi cermin yang memandangku dalam. Dan aku sangat benci ketika ia datang kemudian pergi saat matahari muncul. Entah harus dengan cara apa kubunuh benci yang mengakar. Atau aku harus menghapus cinta yang mereka bilang manusiawi?
20/04/09 10.19pm