Selamat
menikmati minggu dengan secangkir kopi atau apapun yang memanjakanmu.
Seratus
perempuan berjilbab, mungkin lebih, kemarin malam (Sabtu, 8 Desember 2012)
duduk manis di lantai satu masjid Universitas Islam Negeri Jogjakarta, ada
kajian. Saya salah satu dari mereka. Memasuki halaman masjid saya disambut
beberapa perempuan dibalut kerudung besar, kami bersalaman dan saling mengucap
salam, indahnya. Kajian ini sangat berbeda karena pengisinya adalah The Ninih
Muthmainnah. Sosok perempuan yang sangat saya kagumi. Beliau sungguh luar
biasa. Saya tidak hanya mengenalnya di televisi atau radio, tapi selama lima
tahun saya tinggal di lingkungan pesantrennya, saya mengikuti kehidupan
sehari-harinya. Lalu kusimpulkan, beliau mahluk Allah yang Subhanallah.
Teh
Ninih datang dengan balutan gaun muslimah pink dan jilbab yang juga pink
terjulur panjang. Subhanallah, lagi-lagi pujian kagum keluar dari mulut saya
dan orang-orang disekitar saya. Malam itu beliau menyampaikan kajian tentang bagaimana
menjadi muslimah yang baik; menjadi Al-Quran berjalan. Untaian katanya sangat
meneduhkan dan tidak ada kesan menggurui.
Sesi
pertanyaan. Seorang perempuan mungil dengan balutan jilbab merah mengacungkan
tangannya dan bertanya dengan suaranya yang sangat lembut namun saya menangkap
ada kegalauan dalam nadanya, kurang lebih seperti ini : Teh, saya ingin
bertanya tentang jodoh yang menjadi kegalauan banyak mahasiswi. Teh, bagaimana
cara melembutkan hati agar bisa menerima ikhwan yang datang. Terkadang karena
kita yang sudah mengeyam pendidikan tinggi maka standar yang diajukan pun
tinggi. Jadi ilfeel kalau ada ikhwan yang ga bisa Bahasa Inggris atau komputer
meski agamanya baik. Mohon nasehatnya agar bisa melembutkan hati untuk menerima
bahwa memang sesungguhnya manusia pasti tidak sempurna. Mungkin ada amalan atau
doa untuk melembutkan hati, Teh.
Pertanyaannya
kok saya banget ya ^^. Teh Ninih pun menjawab, kurang lebih seperti ini : mari
memposisikan diri sebagai muslimah yang tidak hanya mengerti sebagai yang
single, tapi juga mengerti peran sebagai istri sholehah: menghormati peran
suami meskipun mungkin pendidikan kita sebagai istri lebih tinggi. Sebagai
contoh, sebelum melakukan apapun baiknya meminta pendapat suami, meskipun
sebenarnya kita sudah yakin dan tau apa yang harus kita lakukan. Sekarang
memang sedang trend menjadi muslimah yang berkarir. Tentunya tidak ada
yang salah memiliki karir, tapi tetap ingat posisi sebagai ibu sekaligus istri.
Teh Ninih pun melengkapi jawabannya dengan beberapa kisah nyata. Kurang lebih
seperti itu kalau saya membahasakan.
Jawaban
yang indah tapi saya rasa kurang menjawab pertanyaan perempuan berjilbab merah
itu. Ada yang terlewat dan saya tangkap kesalahan ada pada moderator
yang tidak mencatat pertanyaan penanya. Huhuhuhu… kecewa saya. Harusnya moderator
kan mencatat semua yang terjadi selama acara, termasuk pertanyaan yang
diajukan, jadi aja Teh Ninih kurang menjawab pertanyaan.
Apapun.
Saya memanen banyak ilmu tadi malam. Setidaknya jiwa saya yang tandus karena
lingkungan kuliah yang parah tersirami percikan-percikan air yang menyejukan. Mari menjadi Muslimah yang lebih baik, sekaligus
Al-Quran berjalan. Dimanapun kamu berada, dalam lingkungan apapun, pastikan
Al-Quran ada dihatimu. Begitu pesan Teh Ninih. Hidup muslimah sholehah!
Jogja, 9 Des '12
12.58 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar