21 Oktober 2010

Inikah Keikhwanan Seorang Ikhwan?

Saya masih berpikir tentang keikhwanan seorang ikhwan. Terus terang saja, kata ikhwan baru saja saya ketahui sekitar lima tahun belakangan ini. Konsep yang saya pahami sejauh ini adalah sebuah kata yang artinya laki-laki tapi memiliki esensi yang berbeda dengan laki-laki biasa. Dimulai dari penampilan fisik yang sedikit berbeda, ada yang melihat dari pakaian, dan penampilan wajahnya, yang berjenggot tipis dan sedikit seperti tanda hitam di dahinya. Saya sedikit tertarik memperhatikannya tapi ah, saya tidak peduli penampilan luar, yang harus dilihat adalah hatinya. Tapi, siapalah yang tahu urusan hati. Baiklah, ini hanya pemahanan kecil saya saja yang masih dihiasi tanda tanya.

Salah satu hal yang paling utama dan sering diperbincangkan adalah bagaimana seorang ikhwan menjaga hubungannya dengan akhwat atau perempuan; jaga pandangan mata; kontak fisik; tutur kata; dan hati. Lagi-lagi saya bilang masalah hati saya tak bisa berucap banyak. Tapi inikah gambaran ikhwan itu?

Baik, saya gambarkan satu kondisi. Benarkah jika seorang ikhwan lebih memilih untuk meninggalkan seorang akhwat atau perempuan (yang sudah ia kenal baik) di malam gulita untuk menyusuri jalan pulangnya sendiri dimana siapapun tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di tengah jalan? Inikah keikhwanan seorang ikhwan? Membiarkan seorang perempuan berjalan sendiri di gelap malam hanya demi alasan “menjaga” tadi. Sementara kalau dilihat kondisinya: malam, sendiri, perempuan, dan hanya ada ikhwan itu yang memungkinkan untuk mengantar. Tunggu, kalau saya pribadi boleh berkata mungkin perempuan ini bisa memainkan peran gendernya yang ingin dianggap sama dengan laki-laki, Beranilah! Itu kata yang akan saya tanam. Tapi, saya yakin tak semua perempuan mampu menanam kata berani dalam dirinya. Lalu, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan akhwat itu di jalan menuju pulang? Ya, bagaimanapun semua tau, harga mahal seorang perempuan adalah pada keperawanannya (maaf, agak sulit menyusun kalimat ini). Kembali lagi, itukah konsep ikhwan? Setahu saya, Islam sangat memuliakan perempuan, menjaga dan menghormati perempuan, bukan begitu? Saya tahu bahwa perempuan itu "berbahaya" tapi bukan berarti kita bisa atau boleh membahayakannya kan?
Saya kembali berpikir untuk solusi pertanyaan saya. Begini jawaban saya, banyak pilihan:
(a) mengantarkan perempuan itu sampai dipastikan selamat sampai tempat yang ditujunya dengan berjalan disampingnya,
(b) membiarkannya pergi sendiri dengan alasan “menjaga” tadi,
(c) meminta orang tak dikenal, katakanlah mamang ojek atau mamang angkot untuk mengantarnya ke tempat tujuan,
(d) mengantarnya tanpa harus berjalan disampingnya, berjalan di belakangnya sampai tempat yang dituju.
Dan jawaban yang sesuai dengan logika saya adalah (d). Saya rasa memastikan perempuan itu sampai tempat tujuan tanpa harus berjalan disampingnya. Cukup berjalan dibelakangnya, memperhatikannya, dan memastikannya SELAMAT. Saya rasa dengan begini konsep “menjaga” akan terlealisasikan. Menjaga perempuan, menjaga keihwanan seorang ikhwan. Ah, itu mungkin hanya pikiran pendek saya saja.

Lalu, bagaimana menurut anda? Bagaimana seharusnya seorang ikhwan menunjukan keikhwanannya pada situasi seperti diatas?

Lagi, sampai-sampai saya berpikir jauh, sangat jauh, mencoba menggambarkan sebuah kondisi. Apa jadinya kalau ada seorang akhwat yang mengalami kecelakaan atau tabrakan atau dijahati di samping seorang ikhwan persis? Meninggalkannya begitu sajakah dengan alasan “menjaga”? saya pikir itu terlalu egois. Ah, saya masih bertanya seputar ini. Maaf kepada para ikhwan, saya tidak ada maksud apa-apa dengan artikel ini. Ini murni sebuah pertanyaan.


21 Octo 10 09.21 PM

18 Oktober 2010

Selamat

dan tepat ketika detik datang,
kemudian malam tua kupecahkan,
aku menggigil dingin Tuhan,

ada apa aku ini?
adakah ini aku?
aku ini apa?

dua dasawarsa dan tiga kali dua belas bulan,
adakah aku hidup untuk mereka?


selamat hari lahir dede ^^

18 Oktober 2010 12.48 AM

06 Oktober 2010

Penuh (titik)

Kurasa aku dicipta untuk malam.
Layaknya teman dekat; kami berbagi kisah saat siang menarikku lelah.
Padanya aku manja; pun bersandar pasrah.
Dengannya aku mengulang cerita ketika matahari menerkam dan dengannya aku lenyapkan kisah-kisah siang itu.

Malam, meski tak tahu apa rupamu tapi hangatmu penuh.

07 Octo 10 00.48 AM

It's Now

Never wanna leave this night
Having seat next to you is warm,
Touching your heart is my expectation,

Never wanna leave this place,
Having long conversation with you is rare,
Feeling happy totally is the biggest dream I want,
And it’s now. I see your heart smiles too.

I have no choice; I can't betray my heart: I love you

06 Octo 10 11.35 PM

04 Oktober 2010

In Relationship with ...


sehebat itukah pacarmu sampai kau buka auratmu?
sehebat itukah pacarmu sampai kau bohongi sahabat tahun-tahunmu?
sehebat itukah pacarmu sampai kau bunuh malaikat di hatimu?

In relationship with...

Sahabatkah Kita?
Air mata pun pecah membuncah, dan tumpah!

04 Octo 10 11.02 PM

In Fact,

tak lagi rupa,
hati pun mulai menangis,

tidurku penuh air mata,
kehilangan sosok kakak tak ada dalam lintasan,

Ka, merindukanmu yang dulu,
Ramah dan Penuh Hangat,

Dear my beloved brother,
We are close but far in fact,


04 Octo 10 08.13 AM

03 Oktober 2010

Aya kah Aku?

Entah sejak kapan air mata mulai menetes
Yang pasti ketika berkaca, mata ini sudah memerah
Kantung mata membesar dan sulit untuk bernapas

Entah sejak kapan aku mulai lalai dengan nikmat ini
Tegurankah atau ujian naik kelaskah, mereka bilang
Bukan waktunya untuk dipertanyakan
Sekarang, bagaimana cara memotivasi diri untuk tetap hidup! Itu saja

Allah,
Cerita ini pernah kulihat sebelumnya
Untuknya aku menumpahkan jutaan liter air mata
Nyatanya, aku kini seperti peran utama
Allah, jalankukah?
Akankah perlahan aku mati dengannya

Mulai bimbang, hilang arah
Harus apa yang kupinta dariMu

Aku kah Aya selanjutnya?


20 Sept 10 03.03PM

Sampai Itu

Menggigil itu sakit,
Memanas itu perih,


Sampai titik kapanpun,
Sejarah itu silam.



03 Ockto 10 11.31 AM