28 April 2018

Gateeeelll TT

Baiklah,
Semenjak menikah ada aturan-aturan yang harus saya patuhi, seperti:
1. Ga boleh posting or upload musikalisasi puisi karya saya lagi di medsos, dengan suara saya tentunya. Inilah alasan semua musikalisasi saya di medsos di hapus atau private setting.
2. Ga boleh posting or upload video gila-gilaan atau iseng-isengan saya lagi.
3. Ga boleh tulis curhat-curhatan lagi di medsos (hahaha.. tulisan ini curhat ga ya?)

Daaaaannn saya gateeeeelll... terutama sama yang nomer satu. Hadjuuuuhh... patuh itu susah-susah gampang tapi da wajib. Ga ada alesan ngelanggar sih klo inget sama alasan kenapa ga diperbolehkan. Iyes- karena semua dipertanggungjawabkan nanti di hadapan Allah. "Aku harus bilang apa sama Allah kalau membiarkan istrinya mengumbar suara-suara dan video-video di medsos?" - kurang lebih begitulah. Kan serem juga. 

Tapi saat-saat seperti ini ... sepi, sendiri, dan bosan, bikin saya punya segudang ide buat bikin musikalisasi puisi. 'Kenapa ga bikin aja terus koleksi sendiri?' - Nah, ga seru aja klo dinikmatin sendiri. Kan seru nya kalo dikasih masukan dll. Seru-seruan sama yang lain. 'Nah lhoooo~ niatnya apa? Biar di denger orang? Di puji orang?' Hihihi... ampuuun TT. Kaannn...

Udahan ah.
Takutnya ujung-ujungnya curhat (udah ya?) ^^v

Seoul 28.04.18   10.39 PM

22 April 2018

Tentang Bau

Selamat hari Minggu dari Seoul yang udah gerimis aja dari Shubuh,

Lalu, ada cerita apa tentang bau dan minggu? Hihihi... Sebenernya ga ada hubungannya sih. Cuma pengen cerita aja tentang bau yang semoga bisa diambil pelajarannya. Lho? Maksudnya?

Jadi, disini saya bekerja paruh waktu di salah satu perusahaan yang di dalamnya buanyak banget orang asingnya. Singkat cerita ruangan saya pindah, dari yang tadinya satu ruangan dengan tim kerja tetapi harus pindah ke ruangan besar dimana semua tim kumpul di situ. Dan, bertetanggalah meja kerja saya dengan satu tim, sebut saja tim dari negara X. 

Winter berlalu dan musim semi jelang panas datang. Sudah dari dulu memang salah satu anggota tim negara X sepertinya memiliki masalah dengan bau badan, semakin menyerbak bau nya karena faktor cuaca. Dan saya, teman saya merasa sangat terganggu karena letak meja kami memang benar-benar dekat. Sedikit saja dia bergerak pasti bau nya langsung menyebar dan menusuk. Apalagi kalau dia datang ke meja saya untuk bertanya sesuatu. Seriously, kerja ga fokus dan saya yang sensitif dengan bau-bau-an suka mau muntah. Pernah satu hari saya ga bisa masuk ruangan dan memilih menghirup udara segar di luar kantor beberapa menit (semacam membawa bekal udara baik sebelum masuk ruangan). Karena emang beneran bau nya bikin mau muntah. Bagaimana saya harus menjelaskan bau itu? Hmmm... seperti bau ketek dan keringat yang amat sangat berlebih. 

Alhasil setiap hari saya memakai masker di ruang kerja dan menyalakan kipas angin kecil yang khusus saya letakan di meja kerja saya. Percayalah, pagi-pagi ruangan kantor masih amat sangat segar, tapi ketika dia datang semua berubah. Nyalain AC? Udah banget. Udara sedikit lebih segar tapi sayangnya beberapa teman yang posisi meja nya dekat dengan AC mengeluh kedinginan. Serba salah. Sampai pada suatu hari teman saya mengeluhkan hal ini ke boss. 

Tara-taraaa... kalian tau apa yang terjadi? Dengan bicara jujur tanpa ditutup-tutupi Boss bilang ke orang tersebut kalau dia sepertinya punya masalah bau ketek. Dan sambil menjelaskan sambil boss menunjuk ke arah ketek dengan harapan dia mengerti apa yang Boss sampaikan. Iya, karena bahasa Korea dia yang sangat limited sekali heu. Setelah diberi tahu, siangnya dia pergi membeli wangi-wangian, dan yang ia beli adalah lilin aroma terapi. Percayalah, tidak ada yang berubah heu. Dan ia hanya menyalakan lilin itu selama dua hari saja. Btw, sebelum ia beli lilin, boss udah beli aroma terapi yang dipasang di dekat pintu masuk kantor. Ada dua. Saya culik satu dan saya letakan di meja kerja saya demi kehidupan saya yang lebih baik hahaha... Dan ga ngaruh! 

Kemaren, bau nya udah bikin saya hampir menyerah dan memutuskan masuk ruangan boss bahwa ini adalah masalah serius. Tapi, saya ga tetep ga berani. Keluarlah dia, ke toilet sepertinya. Langsung saya semprot pewangi seisi ruangan. Dan teman-teman saya yang dari negara lain tertawa. Hmm.. apakah mereka paham? wkwkw... Dan benar saja, setelah itu tanpa direncanakan kami berkumpul di dapur kantor. Kita semua mengeluhkan bau badannya. Ternyata oh ternyata, baunya sampai ke ruangan tim sebelah. Serius, ga bisa dibiarkan. Satu teman kasih saran buat beli arang, karena arang bisa menyerap bau-bau-an (benarkah?). Tapi yang pasti esoknya saya dan teman langsung cari arang hahaha...

Arang berhasil kita temukan tapi kita harus minta izin boss meletakan arang di kantor. But you know what, si Boss saat itu juga langsung menghubungi dia bahwa dia bau dan teman-teman merasa terganggu. Dia beralasan itu bau baju, katanya.. entah kenapa wlo baju sudah dicuci tapi tetap bau. But seriously lah- kita bisa bedakan bau baju dan bau badan. Sampai konyolnya, teman saya berasumsi ... mungkin bahan baju dari negara X bau kali yaa... hahaha... ini guys, klo kamu pergi ke negara orang dan kamu melakukan kesalahan, negara pasti dibawa-bawa. Iya, kamu adalah perwakilan negara kamu. Begitu kurang lebih.

Ok fine- dia berjanji akan ganti baju. Boss sampai menawarkan mau membelikan baju, obat atau deodoran kalau dia membutuhkannya. Haha.. sebegitunya yaaa~

Naah, lalu apa pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini? Please guys, jangan malas mandi dan pakailah wewangian. Jangan sok kepedean 'gue mah ga mandi juga ga bau kok' atau 'ah, bajunya baru dua kali pake jadi masih belum bau. masih bisa dipake' atau blablabla.. Pikirkan hajat hidup orang lain di sekitar kamu *tsaaahh... 

Jadi keingetan, jaman SMP dulu juga saya pernah mengalamin hal serupa. Teman saya, yang duduk persis di belakang saya memiliki masalah dengan bau sepatu nya yang seriusan- bikin ga konsen belajar. Bau nya masih terekam jelas dalam ingatan saya sampai saat ini - parah kaann! Iya, teman saya sepertinya malas cuci sepatu, dekilnya luar biasa. 

Anyway, satu lagi - kalau ada yang bingung beli parfum, tanya teman atau tukang parfum, karena mereka yang mencium wangi itu, bukan hanya kamu. Dan dia, parfumnya wangi rempah-rempah. Pake parfum salah- ga pake parfum juga salah.

Oh.. kita lihat apakah ada perubahan besok.
Ayo periksa aroma tubuh kita! Jangan sampai mengganggu orang~

Sekian.
Seoul 22 April 2018   01.52 PM

20 April 2018

Tanya-tanya KGSP

Dear para pembaca blog saya yang budiman,
Baik yang sengaja mampir, ataupun yang tidak sengaja mampir ^^
Dimohon untuk tidak bertanya KGSP di tulisan yang bukan tentang KGSP ya.
Maaf, kurang pas aja rasanya.

Jadi, kalau mau bertanya KGSP silahkan di tulisan tentang KGSP.
Tulisannya ada di tahun 2015 bulan Feb kalau tidak salah.
Beberapa hari lalu saya masih bales-balesin pertanyaan yang memang penting.
Pertanyaan yang jawabannya bisa di googling ga saya jawab ya ^^ biar pada usaha cari jawaban hehehe ^^

Atau silahkan ke email saya klo mau bertanya KGSP.
"Emailnya apa kak?"
Silahkan berusaha mencari ^^ Good Luck!

Terima kasih.

15 April 2018

Kisah Calon Jurnalis

Udah lama banget ga nulis disini, masih ada yang sering mampir kah? hihih..
Kemaren saya melihat seorang teman saya mengenakan seragam kerjanya, ia seorang jurnalis. Terlihat keren dengan seragamnya. Dan beberapa hari yang lalu saya ngobrol dengan teman tentang rencana ia kedepan, yang akan menjadi rencana kami bersama jika Allah mengizinkan.

Semua cerita itu mengingatkan saya pada masa lalu. Tentang cita-cita saya yang ingin menjadi jurnalis. Demi mendapatkan itu, saya mulai menulis dan ikut sekolah jurnalistik di Bandung. Alhamdulillah sampai lulus, di saat beberapa teman berguguran. 

Singkat cerita luluslah saya dari bangku perkuliahan jenjang S1. Pulang kampung ke Cirebon dan memulai lembaran baru, meninggalkan cerita duka di Bandung dulu *tsaaah* Perjalanan saya mulai dari melamar menjadi jurnalis di salah satu kantor media paling besar dan terkenal di Cirebon. Kalau boleh pede, hasil test dan wawancara saya meninggalkan kesan sangat baik untuk mereka. Saya tau dari perlakuan mereka dan kata-kata mereka saat itu. Iya, mereka adalah para 'pejabat' di media itu. Tibalah waktunya magang: diberi tugas mencari berita, wawancara sana-sini. Seru! Bertemu dengan banyak orang baru yang tidak dikenal dengan ceritanya. Paling sedih kalau bertemu mereka yang curhat tentang keluh kesahnya mencari nafkah. Paling seru kalau harus jalan-jalan cari info tongkrongan kece. Paling heboh waktu wawancara komunitas, kayak komunitas KPOP. Dan paling miris kalo harus nongkrong di tempat yang sering terjadi kecelakaan demi sebuah berita dan hasil jepretan yang layak. Ingat benar ketika bertugas berdua dengan teman di pengkolan Grage Mall, tempat dimana orang naik motor sering terpeleset karena pasir yang berserakan akibat pembangunan salah satu gedung. Disitu saya diminta untuk tidak menolong (teman saya yang menolong) dan saya yang bertugas mengambil gambar. Ketika rasa kemanusiaan harus disembunyikan. Satu lagi, yang paling Astaghfirullah adalah ketika menerima amplop selepas wawancara orang hebat di Cirebon. 

Satu, dua, dan tiga hari masih seru. Hari keempat saya mulai mempertanyakan, berapa upah yang saya terima dengan keluar seharian, beli batu batre buat kamera saya sendiri (demi berita yang aduhai), makan siang, ongkos parkir, belum lagi begadang nulis berita. Lalu saya bertanya sama teman-teman yang juga statusnya magang. Satupun tidak ada yang tau. Aduhai kesal rasanya saat itu. Langsung saya menemui HRD. Tidak ada kejelasan, lalu saya kembalikan surat sakti jurnalis saya (yang waktu itu mereka kasih. Iya, dibilang sakti karena kamu bakal bebas ngapain aja. Bebas dari tilang dll wkwkwk). Hebohlah. Seorang anak magang mengembalikan surat sakti dan menuntut upah. Hahaha.. mungkin itu headline yang tepat klo harus diterbitkan di koran. Saya pulang. Mogok cari berita. Dan hari itu juga, pemimpin redaksi menelpon saya yang sedang nyelonjor di rumah. Saya disuruh datang besok ke kantor dan akan ada rapat dengan HRD. 


Eng-Ing-Eng... rapat HRD dimulai. Semua anak magang yang jumlahnya sekitar 10 orang (atau kurang, saya lupa) dikumpulkan. Masuklah orang HRD dan kata-kata yang saya ingat adalah ... "selama ... tahun, baru kali ini ada anak magang berani nanya upah." (Saya lupa berapa angka tahunnya, tapi yang pasti lamaa banget sumpah haha..) Saya udah siapin 'senjata' saat itu, berupa pasal-pasal hak pekerja termasuk anak magang. Di akhir rapat, si ibu HRD nan menyebalkan itu bilang, siapa yang mau lanjut silahkan, siapa yang mau berhenti silahkan angkat tangan. Dan saya satu-satunya orang yang angkat tangan pertanda mundur dari pekerjaan yang menguras tenaga dan duit saya. Teman-tema kaget. Rasanya saya dulu mau bilang ke mereka "please jangan bego. mau aja keliling-keliling kota buat cari berita tanpa upah."


Setelah itu, teman-teman kembali melanjutkan perjuangan cari berita. Saya dipanggil PemRed. Intinya mereka ingin saya bertahan dengan cara menunjukan selembar kertas gaji karyawan disana yang entah sudah berapa lama mereka bekerja. Saya uraikan, saya mencari berita dengan kamera saya sendiri dengan batre yang saya beli sendiri seharga 19.500, makan siang saya 10.000, bensin motor saya 10.000 dan uang parkir. Kata-kata yang pedas yang saya keluarkan saat itu adalah "saya cari penghasilan, bukan cari pengalaman." *tsaaah* Iya, dulu saya udah ancang-ancang banget, waktu kuliah saya kerja ini-itu buat cari pengalaman, dibayar dibawah rata-rata gpp, tapi setelah lulus saya cari uang karena pengalaman sudah saya kumpulkan. 

Keluar dari media itu, saya masuk media lain yang baru memulai ingin terbang. Begitu masuk tahap wawancara saya memperkenalkan diri saya. Dan si pewawancara langsung menyambut "oh, kamu yang nuntut upah itu ya." Hahaha... ketawa saya. Beliau bilang, karena sama-sama bekerja di media berita saya cepat menyebar di kalangan mereka. 


Oia, lupa saya ceritakan.. waktu rapat HRD itu. Si ibu HRD bawa contoh koran (ketauan deh). Ibu bilang klo berita kecil kayak di kolom ini di bayar 4.000, klo di kolom ini 6.000, dan headline 8.000 (seingat saya seperti itu, pokoknya dibawah 15.000). Klo berita ga naik? ya udah lah yaaa wwkwkw..
Mohon ampun saya saat itu sama Allah karena ngambil amplop wawancara yang dibagi dua dengan teman. Saya niatkan ini untuk batre, bensin dan uang makan. Ampun Ya Allah. Dulu uang amplopnya 300.000 dan teman saya wanti-wanti "jangan bilang siapa-siapa. Cuma kita berdua yang tau."


Itulah, sepenggal kisah penuh dilema ketika menjadi calon jurnalis. Ada yang dicinta tapi ada yang dibenci. Tentunya tidak semua perusahaan atau kantor media kebijakannya seperti ini ya. Dan tidak semua nasib calon jurnalis seperti saya. But please guys, jangan mau jadi budak. 


Singkat cerita, saya ga jadi kerja di kantor kedua karena memilih untuk melanjutkan kuliah di Jogja. Btw, kantor kedua dulu bayarannya lebih oke wlo masih miris. Iya, 20.000 per hari. Dan yang bikin emejing, setelah beberap bulan saya kuliah - pemred kantor kedua menelpon saya dan meminta selepas lulus saya bekerja disana, atau main-main ke kantor kalau mudik. 


Baiklah. Untuk kalian semua- selamat mencari nafkah halal. (cucian udah mau kelar nih)
Bye! hahaha

Seoul 15.04.18   11.32 AM