15 April 2018

Kisah Calon Jurnalis

Udah lama banget ga nulis disini, masih ada yang sering mampir kah? hihih..
Kemaren saya melihat seorang teman saya mengenakan seragam kerjanya, ia seorang jurnalis. Terlihat keren dengan seragamnya. Dan beberapa hari yang lalu saya ngobrol dengan teman tentang rencana ia kedepan, yang akan menjadi rencana kami bersama jika Allah mengizinkan.

Semua cerita itu mengingatkan saya pada masa lalu. Tentang cita-cita saya yang ingin menjadi jurnalis. Demi mendapatkan itu, saya mulai menulis dan ikut sekolah jurnalistik di Bandung. Alhamdulillah sampai lulus, di saat beberapa teman berguguran. 

Singkat cerita luluslah saya dari bangku perkuliahan jenjang S1. Pulang kampung ke Cirebon dan memulai lembaran baru, meninggalkan cerita duka di Bandung dulu *tsaaah* Perjalanan saya mulai dari melamar menjadi jurnalis di salah satu kantor media paling besar dan terkenal di Cirebon. Kalau boleh pede, hasil test dan wawancara saya meninggalkan kesan sangat baik untuk mereka. Saya tau dari perlakuan mereka dan kata-kata mereka saat itu. Iya, mereka adalah para 'pejabat' di media itu. Tibalah waktunya magang: diberi tugas mencari berita, wawancara sana-sini. Seru! Bertemu dengan banyak orang baru yang tidak dikenal dengan ceritanya. Paling sedih kalau bertemu mereka yang curhat tentang keluh kesahnya mencari nafkah. Paling seru kalau harus jalan-jalan cari info tongkrongan kece. Paling heboh waktu wawancara komunitas, kayak komunitas KPOP. Dan paling miris kalo harus nongkrong di tempat yang sering terjadi kecelakaan demi sebuah berita dan hasil jepretan yang layak. Ingat benar ketika bertugas berdua dengan teman di pengkolan Grage Mall, tempat dimana orang naik motor sering terpeleset karena pasir yang berserakan akibat pembangunan salah satu gedung. Disitu saya diminta untuk tidak menolong (teman saya yang menolong) dan saya yang bertugas mengambil gambar. Ketika rasa kemanusiaan harus disembunyikan. Satu lagi, yang paling Astaghfirullah adalah ketika menerima amplop selepas wawancara orang hebat di Cirebon. 

Satu, dua, dan tiga hari masih seru. Hari keempat saya mulai mempertanyakan, berapa upah yang saya terima dengan keluar seharian, beli batu batre buat kamera saya sendiri (demi berita yang aduhai), makan siang, ongkos parkir, belum lagi begadang nulis berita. Lalu saya bertanya sama teman-teman yang juga statusnya magang. Satupun tidak ada yang tau. Aduhai kesal rasanya saat itu. Langsung saya menemui HRD. Tidak ada kejelasan, lalu saya kembalikan surat sakti jurnalis saya (yang waktu itu mereka kasih. Iya, dibilang sakti karena kamu bakal bebas ngapain aja. Bebas dari tilang dll wkwkwk). Hebohlah. Seorang anak magang mengembalikan surat sakti dan menuntut upah. Hahaha.. mungkin itu headline yang tepat klo harus diterbitkan di koran. Saya pulang. Mogok cari berita. Dan hari itu juga, pemimpin redaksi menelpon saya yang sedang nyelonjor di rumah. Saya disuruh datang besok ke kantor dan akan ada rapat dengan HRD. 


Eng-Ing-Eng... rapat HRD dimulai. Semua anak magang yang jumlahnya sekitar 10 orang (atau kurang, saya lupa) dikumpulkan. Masuklah orang HRD dan kata-kata yang saya ingat adalah ... "selama ... tahun, baru kali ini ada anak magang berani nanya upah." (Saya lupa berapa angka tahunnya, tapi yang pasti lamaa banget sumpah haha..) Saya udah siapin 'senjata' saat itu, berupa pasal-pasal hak pekerja termasuk anak magang. Di akhir rapat, si ibu HRD nan menyebalkan itu bilang, siapa yang mau lanjut silahkan, siapa yang mau berhenti silahkan angkat tangan. Dan saya satu-satunya orang yang angkat tangan pertanda mundur dari pekerjaan yang menguras tenaga dan duit saya. Teman-tema kaget. Rasanya saya dulu mau bilang ke mereka "please jangan bego. mau aja keliling-keliling kota buat cari berita tanpa upah."


Setelah itu, teman-teman kembali melanjutkan perjuangan cari berita. Saya dipanggil PemRed. Intinya mereka ingin saya bertahan dengan cara menunjukan selembar kertas gaji karyawan disana yang entah sudah berapa lama mereka bekerja. Saya uraikan, saya mencari berita dengan kamera saya sendiri dengan batre yang saya beli sendiri seharga 19.500, makan siang saya 10.000, bensin motor saya 10.000 dan uang parkir. Kata-kata yang pedas yang saya keluarkan saat itu adalah "saya cari penghasilan, bukan cari pengalaman." *tsaaah* Iya, dulu saya udah ancang-ancang banget, waktu kuliah saya kerja ini-itu buat cari pengalaman, dibayar dibawah rata-rata gpp, tapi setelah lulus saya cari uang karena pengalaman sudah saya kumpulkan. 

Keluar dari media itu, saya masuk media lain yang baru memulai ingin terbang. Begitu masuk tahap wawancara saya memperkenalkan diri saya. Dan si pewawancara langsung menyambut "oh, kamu yang nuntut upah itu ya." Hahaha... ketawa saya. Beliau bilang, karena sama-sama bekerja di media berita saya cepat menyebar di kalangan mereka. 


Oia, lupa saya ceritakan.. waktu rapat HRD itu. Si ibu HRD bawa contoh koran (ketauan deh). Ibu bilang klo berita kecil kayak di kolom ini di bayar 4.000, klo di kolom ini 6.000, dan headline 8.000 (seingat saya seperti itu, pokoknya dibawah 15.000). Klo berita ga naik? ya udah lah yaaa wwkwkw..
Mohon ampun saya saat itu sama Allah karena ngambil amplop wawancara yang dibagi dua dengan teman. Saya niatkan ini untuk batre, bensin dan uang makan. Ampun Ya Allah. Dulu uang amplopnya 300.000 dan teman saya wanti-wanti "jangan bilang siapa-siapa. Cuma kita berdua yang tau."


Itulah, sepenggal kisah penuh dilema ketika menjadi calon jurnalis. Ada yang dicinta tapi ada yang dibenci. Tentunya tidak semua perusahaan atau kantor media kebijakannya seperti ini ya. Dan tidak semua nasib calon jurnalis seperti saya. But please guys, jangan mau jadi budak. 


Singkat cerita, saya ga jadi kerja di kantor kedua karena memilih untuk melanjutkan kuliah di Jogja. Btw, kantor kedua dulu bayarannya lebih oke wlo masih miris. Iya, 20.000 per hari. Dan yang bikin emejing, setelah beberap bulan saya kuliah - pemred kantor kedua menelpon saya dan meminta selepas lulus saya bekerja disana, atau main-main ke kantor kalau mudik. 


Baiklah. Untuk kalian semua- selamat mencari nafkah halal. (cucian udah mau kelar nih)
Bye! hahaha

Seoul 15.04.18   11.32 AM

1 komentar: