13 Oktober 2018

(Kuliah) Master Degree di Korea

Bismillah,
Tulisan kali ini tentang gambaran bagaimana kuliah di luar negeri, khususnya Korea Selatan. Ditulis berdasarkan pengalaman saya dan teman-teman di sini yang saya ketahui. Semoga bermafaat yaa buat kalian yang berniat mau kuliah di Korea Selatan.

Saya berkuliah di salah satu kampus terbaik di Korea, termasuk top 3 dan jadi incaran banyak orang. Sebelumnya, saya ga tau kalau kampus saya se-wah ini. Maksudnya? Kalau orang korea tanya saya kuliah dimana, dan ketika saya jawab nama universitasnya, mereka akan dengan sangat berlebihan (dibaca : lebay - menurut saya) menjawab : daebak! (adalah ekspresi untuk menyatakan hebat, luar biasa, gileeee- gitulah kurang lebih). Kenapa mereka begitu? Karena konon katanya masuk sini susah, keluarnya susah, dan alumninya kebanyakan jadi orang-orang hebat, khususnya di negara Korea. 

Saya? Saya mah keterima beasiswa di luar negeri aja udah Alhamdulillah banget. Ga gitu mikir univnya apa. Yang penting mah niat belajar. Heu ^^

Kita mulai -

Semeter satu,
Akan ada orientasi kampus. Eits, tenang dulu- orientasi di sini berkelas, ga pake acara disuruh bawa tas kantong terigu, kuncir rambut tujuh warna, sepatu tali rapia dll nya yang sering terjadi di negara kita, ampe ada sekdis dan angels hahaha (cung yang ngalamin?). Semoga sekarang udah ga begitu yes. Lanjut, orientasi di sini ngebahas tata cara atau prosedur perkuliahan, semacam berapa sks yang harus diambil, bagaimana penulisan thesis, bagaimana kalau harus cuti kuliah, dll nya. Orientasi disampaikan dalam dua bahasa, English dan Korean. Kemudian, akan dilanjutkan jalan-jalan keliling kampus, ngenalin gedung-gedung dan ruangan-ruangan penting di kampus. 

Di semester satu ini kamu akan dikasih dosen pembimbing. Entah pertimbangannya apa, tapi department yang menentukan. Biasanya, dosen pembimbing akan mengundang kita untuk perkenalan dan obrolan ringan mengenai peneliatan apa yang akan dilakukan di akhir perkuliahan. Kalau ga cocok? Boleh banget ganti, tapi nanti- pas masuk semester dua. Dan yang saya suka, disini serba online, ganti dosen pembimbing pun online. Tapi tentunya, atas sepengetahuan dosen pembimbing dan calon dosen pembimbing. Biasanya kedua dosen ini akan saling menghubungi. 

Oia, untuk master degree disini kita harus ambil minimal 24 sks. Idealnya, di akhir semester tiga kita sudah harus menyelesaikan 24 sks tersebut. Semester empatnya tinggal penelitian aja. Buat saya, semester pertama cukup mengagetkan- hampir setiap pertemuan harus bikin response journal. Dan jurnal-jurnal tersebut akan dibagikan di akhir semester beserta nilai yang terpampang nyata di jurnal ituh hohoho ^o^

Semester dua, 
Semester dua biasanya udah mulai bisa beradaptasi. Nah- tentang gimana pilih mata kuliah, di sini kita bebas pilih mata kuliah yang kita mau. Kalau di Indonesia kan kebanyakan ambil mata kuliah yang sudah ditentukan ya. Jadi kelas satu dan kelas lainnya teh orangnya sama aja. Kalau di sini, kelas satu dan kelas lainnya orangnya beda-beda karena minatnya beda-beda. Jadi, agak susah punya sahabat yang benar-benar dekat. Kelas terkecil yang pernah saya ikuti berjumlah 5 mahasiswa saja (horor banget ini haha), dan kelas terbesar sekitar 15-20 mahasiswa.

Tugas bikin jurnal-jurnal masih akan tetap ada di semeter dua ini. Oia, ditambah presentasi ya- lumayan bejibun presentasinya. Tapi jangan khawatir, setiap ending dari presentasi akan ada feedback dari prof nya. Heu- soalnya ada kan yaa yang nugasin presentasi, trus kelar presentasi udah langsung pulang aja, heu.

Tentang presentasi dan tugas kelompok- saya mau cerita sedikit. Berdasarkan pengalaman, waktu saya tinggal di kota kecil (bukan Seoul), teman-teman korea akan sangat ramah di ajak belajar bareng atau keluar buat diskusi. Tapi tidak di Seoul. Saya merasa orang-orang Seoul sangat individual sekali. Kalau di lingkungan kampus, mereka lebih suka ngerjain tugas masing-masing wlopun judulnya tugas kelompok. Biasanya tugas di bagi-bagi, dikumpulkan di satu orang melalui email, kemudian disatukan hasilnya. Buat saya sih ini engga banget ya. Tapi ya udah- mungkin mereka ada kesibukan lain.

Eits, ada yang penasaran tentang mahasiswa-mahasiswanya? Nah, klo angkatan saya itu 75% orang korea dan sisanya orang asing. Tapi seriusan, hampir 90% dari total mahasiswa korea angkatan saya, semuanya lulusan luar negri macam amri dan ostrali. Jadi guys, jangan tanya bahasa Inggris mereka gimana! Karena saya akan bilang, ngeri!

Semester tiga,
Di awal semester tiga ini kita disarankan udah harus ambil comprehensive exam. Untuk kampus saya, syarat untuk mengikuti exam ini adalah mahasiswa yang sudah menempuh setidaknya 18 sks. Nah, penting nih buat bikin plan dari awal kuliah, tentang berapa sks yang harus di ambil biar kuliah lulus tepat waktu. Kenapa? karena comprehensive exam ini hanya ada di awal semester dan termasuk syarat untuk bisa ujian sidang. Kalau gagal exam? Harus nunggu semester depan buat ikutan lagi. Heu- jadi mahasiswa disini mati-matian belajar buat exam yang satu ini. Kebayanglah yaa.. satu subjek mata kuliah yang kita pelajarin harus di ujikan dalam waktu 2 jam. Ha! Tambah menyeramkan kalau subjeknya kita pelajari di semester satu, lewat semester dua, dan semester tiga harus diujikan. Ha! Bongkar file lama. PR banget.

Ketentuan comprehensive exam:
Master degree student harus ambil 3 subjek, sementara Doctoral degree student harus ambil 4 subjek. Tiap department punya kebijakan masing-masing. Di department saya, mahasiswa hanya boleh ambil 2 subjek untuk setiap semester. Simplenya gini, di semester 3 ambil 2 subjek buat exam, dan di semester 4 ambil 1 subjek lagi. Buat saya, exam ini adalah exam terhoror selama kuliah- karena ini menentukan nasib kapan bisa ujian sidang.

Lalu, subjek apa saja yang boleh di exam kan?
Nah, untuk master degree student gini : 2 subjek fokus kamu, dan 1 subjek harus diluar fokus kamu. Misal, saya kan fokus nya ke literature. Jadi, saya harus ambil 2 subjek literature dan 1 subjek non-literature. Waktu itu saya ambil linguistik. Rasanya luar biasa ketika 'dipaksa' harus ujian satu subjek yang bukan saya banget. Mau nangis rasanya. Share aja- dulu subjek yang saya ambil adalah studies in teaching through literature, teaching English through picture books in EFL, dan seminar in second language pragmatics.

Ujiannya gimana sih?
Jadi, satu ruangan itu kan ada beberapa mahasiswa yang ikutan- nah, ga semua mahasiswa ini pilih subjek yang sama. Jadi ga mungkin banget lah yes buat contek mencontek atau ngintip-ngitip jawaban anak depan atau sebelah wkwkw. Seingat saya, satu subjek itu 2 jam. Jumlah soal antara 3 - 10 soal, tergantung prof yang bikin soalnya. Dan yang unik adalah, lembar jawaban dibikin sedemikian rupa biar saat periksa prof ga tau itu punya siapa. Jadi benar-benar bersih dan adil. Jadi ga ada deh cerita karena dekat sama Prof bakal dikasih score gede karena Prof sendiri ga tau itu punya siapa aja dan siapa aja yang ikut exam dia. Oia, score yang dinyatakan lulus adalah score 70 keatas. Dulu, ada teman saya yang dapat score 67 dan huhuhu.. harus ngulang next semesternya. Sadis kan. Sedih banget pasti. Saya juga ngerasain. Alhamdulillah saya lulus untuk 2 exam literature dengan nilai yang saya sendiri ga percaya, Alhamdulillah banget, hampir nyundul 100. Tapi, saya gagal di exam linguistik dan ini jadi salah satu penyebab saya ga bisa lulus tepat waktu TT. Ini episode paling pait selama kuliah. Dunia berasa runtuh karena harus nambah semester cuma buat nunggu exam, sementara jatah beasiswa ga nambah. Ups- curhat dikit!

Oia, untuk ujian compre ini beda-beda ya tiap kampus. Tapi hampir bisa dipastikan setiap kampus ada. Bedanya gimana? Jadi, ada kampus yang memperbolehkan mahasiswanya untuk open book saat exam, ada yang exam nya lewat email jadi dikerjain di rumah, ada yang katanya asal jawabnya panjang dilulusin, ups! Kampus saya? ga ada acara open book.

Semester empat, 
Semester empat ini udah ga ada perkuliahan. Cuma cerita nongkrong di perpus dan sekitarnya. Haha! Tapi boleh lah ya saya cerita lainnya tentang syarat lulus. Kalau di kampus saya, syarat lulus harus :
- Lulus comprehensive exam (3 subjek untuk master, dan 4 subjek untuk doctoral)
- Punya sertifikat TOPIK level 4 yang masih berlaku atau kalau ga punya harus ikut kelas bahasa korea pas summer vacation atau winter vacation. Tentunya harus lulus juga. Btw, TOPIK ini semacam TOEFL tapi untuk bahasa korea nya ya ^^
- Lulus exam bahasa Inggris yang di bikin kampus (ini untuk department tertentu)
- Punya sertifikat IELTS minimal score 6 (untuk department tertentu)
- Sudah publish minimal satu jurnal (khusus untuk doctoral).

Nah, klo itu semua udah komplit baru boleh ikut ujian sidang. Penasaran sidangnya kayak gimana? Klo banyak yang komen saya lanjutkan. Klo ga ada ga saya lanjutkan, Haha.. panjang-panjang nulis ga ada yang baca kan syedih yes.

Hey kamu-kamu, pokoknya semangatlah. Jangan sering bersuara pengen kuliah di luar negeri tapi bentar-bentar ngeluh : ini gimana ya, itu gimana ya, susah eunk! Apalagi klo ada yang ngeluh : kak, isi formulir beasiswanya gimana sih? aku ga ngerti bahasa Inggrisnya. (Helow!) Ini baru formulir, belum jurnal-jurnal seabrek yang harus kamu baca nanti pas kuliah. Karena seriously, kuliah di luar negeri itu sendiri dan benar-benar sendiri. Ga ada deh cerita nge-genk dan ngerjain bareng. So, -apalagi atuh ya- semangatlah. Lurusin niat dan minta sama Allah.


Sekian,
Semoga bermanfaat ^^


Hollys Coffee, Ilsan 13.10.18