09 Desember 2012

Al-Quran Berjalan dan Muslimah


Selamat menikmati minggu dengan secangkir kopi atau apapun yang memanjakanmu.

Seratus perempuan berjilbab, mungkin lebih, kemarin malam (Sabtu, 8 Desember 2012) duduk manis di lantai satu masjid Universitas Islam Negeri Jogjakarta, ada kajian. Saya salah satu dari mereka. Memasuki halaman masjid saya disambut beberapa perempuan dibalut kerudung besar, kami bersalaman dan saling mengucap salam, indahnya. Kajian ini sangat berbeda karena pengisinya adalah The Ninih Muthmainnah. Sosok perempuan yang sangat saya kagumi. Beliau sungguh luar biasa. Saya tidak hanya mengenalnya di televisi atau radio, tapi selama lima tahun saya tinggal di lingkungan pesantrennya, saya mengikuti kehidupan sehari-harinya. Lalu kusimpulkan, beliau mahluk Allah yang Subhanallah.

Teh Ninih datang dengan balutan gaun muslimah pink dan jilbab yang juga pink terjulur panjang. Subhanallah, lagi-lagi pujian kagum keluar dari mulut saya dan orang-orang disekitar saya. Malam itu beliau menyampaikan kajian tentang bagaimana menjadi muslimah yang baik; menjadi Al-Quran berjalan. Untaian katanya sangat meneduhkan dan tidak ada kesan menggurui.

Sesi pertanyaan. Seorang perempuan mungil dengan balutan jilbab merah mengacungkan tangannya dan bertanya dengan suaranya yang sangat lembut namun saya menangkap ada kegalauan dalam nadanya, kurang lebih seperti ini : Teh, saya ingin bertanya tentang jodoh yang menjadi kegalauan banyak mahasiswi. Teh, bagaimana cara melembutkan hati agar bisa menerima ikhwan yang datang. Terkadang karena kita yang sudah mengeyam pendidikan tinggi maka standar yang diajukan pun tinggi. Jadi ilfeel kalau ada ikhwan yang ga bisa Bahasa Inggris atau komputer meski agamanya baik. Mohon nasehatnya agar bisa melembutkan hati untuk menerima bahwa memang sesungguhnya manusia pasti tidak sempurna. Mungkin ada amalan atau doa untuk melembutkan hati, Teh.

Pertanyaannya kok saya banget ya ^^. Teh Ninih pun menjawab, kurang lebih seperti ini : mari memposisikan diri sebagai muslimah yang tidak hanya mengerti sebagai yang single, tapi juga mengerti peran sebagai istri sholehah: menghormati peran suami meskipun mungkin pendidikan kita sebagai istri lebih tinggi. Sebagai contoh, sebelum melakukan apapun baiknya meminta pendapat suami, meskipun sebenarnya kita sudah yakin dan tau apa yang harus kita lakukan. Sekarang memang sedang trend menjadi muslimah yang berkarir. Tentunya tidak ada yang salah memiliki karir, tapi tetap ingat posisi sebagai ibu sekaligus istri. Teh Ninih pun melengkapi jawabannya dengan beberapa kisah nyata. Kurang lebih seperti itu kalau saya membahasakan.

Jawaban yang indah tapi saya rasa kurang menjawab pertanyaan perempuan berjilbab merah itu. Ada yang terlewat dan saya tangkap kesalahan ada pada moderator yang tidak mencatat pertanyaan penanya. Huhuhuhu… kecewa saya. Harusnya moderator kan mencatat semua yang terjadi selama acara, termasuk pertanyaan yang diajukan, jadi aja Teh Ninih kurang menjawab pertanyaan. 

Apapun. Saya memanen banyak ilmu tadi malam. Setidaknya jiwa saya yang tandus karena lingkungan kuliah yang parah tersirami percikan-percikan air yang menyejukan.  Mari menjadi Muslimah yang lebih baik, sekaligus Al-Quran berjalan. Dimanapun kamu berada, dalam lingkungan apapun, pastikan Al-Quran ada dihatimu. Begitu pesan Teh Ninih.  Hidup muslimah sholehah!

Jogja, 9 Des '12
12.58 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar