10 Oktober 2009

Hidup itu penantian

Masi terjaga. Bermain dengan tuts keyboard dengan secangkir jeruk panas. Asam, manis, kecut, tapi segar. Seperti hidup yang kita buat hidup dan harus hidup.

Tiga menit lalu baru saja kulihat dengan seksama suatu debat calon pemimpin yang semuanya berbicara sama, tentang kemakmuran. Ya, beberapa orang beranggapan hidup harus bertali dengan kemakmuran. Tapi bagaimanapun, silahkan, kita punya pendapat masing-masing dengan standar yang berbeda.

Aku kehilangannya lagi. Pergi terburu, tanpa kata apalagi obrolan. Tapi selalu ada doa disana. Berapa lama lagi suamiku akan kembali. Berapa malam lagi dan berapa cangkir lagi yang harus menemaniku hingga pintu itu terketuk cepat, hingga pelukan erat mendarat. HIdup tak ubahnya penantian dan kesetiaan bagiku.

12/06/09 12.27AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar