10 Oktober 2009

Reticulum

Adalah aku yang merindu cintanya. Ketika ada bahagia tapi harus diselimuti kehilangan yang entah sampai kapan. Adalah aku yang menanti setiap pergantian detik untuk menguak semuanya. Adalah aku yang, ah, bagaimanapun ini aku. Ada yang patut kubenci dari diriku tapi ada juga yang dapat kupeluk erat, sebuah kebanggaan yang berbeda.

Achenar, sebuah seni yang tak menyatu. Indah tapi tak bisa menandingi eratnya dua buah ujung yang bersatu. Mungkin itulah sebuah proses bagaimana layaknya tangan ini menari diatas tuts-tuts keyboard ketika tak ada lagi ide tetapi ada sebuah keharusan disana.

Canopus, adalah yang sedang kuteliti. Suatu cahaya dengan lebih dari lima titik yang berbeda. Belum kutemukan titik satu mereka. Belum kutemukan ada berapa jumlah titik pasti disana. Sedang kupelajari sampai nanti aku benar paham dan bisa menceritakan semuanya, pasti.

Ialah reticulum, sebuah harapan besar padamu. Menjadi sebuah penantian setelah pertanyaan sulit yang aku rangkai sendiri. Sebuah tebakan yang menjebak. Pijakan yang belum kokoh, tapi tak juga rapuh. Sepercik cahaya dari suatu lentera yang kubutuhkan lalu kemudian aku akan mengubahnya menjadi sebuah keabadian, tak akan pernah redup nantinya.

Reticulum, ada pada waktu yang tak pasti atau bahkan mungkin yang tak akan pernah ada. Ia yang menyatu pasti, pun memudar perlahan.

Aku adalah tiga pada dini hari ini. Berdiri, meringkuk, menggigil, memanggil, berteriak, mematung dalam tengah pada dua sisi. Adalah satu dan ialah dua. Satu, dua, berbeda. Belajar untuk memahaminya sehingga perbedaan itu akan pudar.

Tiga pada dini hari adalah aku. Berharap dan menangis. Mengadu pada satu cinta. Terus dan lagi hingga satu cintaku menghadiahkan reticulum itu.

Secangkir kopi itu mendamparkanku pada puluhan cerita yang tak akan habis ku ketik dalam satu malam saja. Yang tak akan selesai dalam tiga puluh enam ribu satuan waktu terkecil. Bahkan ratusan hari. Semuanya datang tiba-tiba dan mendesakku untuk memanikannya. Semuanya tak ingin terbang tak menentu. Harus ku ikat. Pasti.

Salahkah aku?

Semua menanti!

02.01 AM

September 20, 2009

1 syawal 14.30 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar