10 Juli 2016

Etika Bergaul (Part 1) - Bertemu dia : Tentang Kehamilan

Satu hari saya bertemu dia tanpa saya rencanakan. Seorang perempuan. Kemudian kami saling sapa - memberi tahu nama masing-masing dan menjawab setiap pertanyaan yang ditanyakan, seperti asalnya dari kota apa, kuliah dimana dan info-info standar lainnya. Sewajarnya dua manusia yang baru pertama kali ketemu dan mencoba saling kenal. Semua terjadi dengan senyum. 

Pertemuan pertama kesan saya biasa saja. Pertemuan kedua pun terjadi. Lagi, tanpa saya rencanakan. Dia datang begitu saja ke tempat dimana saya dan teman-teman beraktivitas. Kesan kedua, dia cukup menyebalkan - mencoba mengubah rule yang sudah saya terapkan dalam sebuah aktivitas yang sudah lama saya jalankan - tidak ada masalah dengan itu. Saat itu dia bukan bagian dari kami. Kata-katanya cukup mengganggu aktivitas saya.

Sore hari. Saya berencana jalan-jalan ke toko buku bersama teman baik. Berencana membeli satu novel yang saya ingin sekali baca. Hanya ingin pergi berdua. Tapi dia datang dan ingin pergi bersama kami. Baiklah. Silahkan. Saya pikir sebuah cara untuk saling mengetahui dan mengenal lebih baik.

Pulang. Di stasiun kereta. Ini pertemuan kedua kami. Perpisahan yang menyakitkan. Dia tahu saya telah menikah. Kata-katanya menyakitkan hingga saya menulis ini - masih terekam jelas. Membuat saya memutuskan untuk tidak lagi melakukan aktivitas atau kegiatan apapun dengan dia. Menghindari kegiatan yang di dalamnya ada dia. Saya memilih diam kalau ada dia. Melindungi hati dan perasaan saya. 

Sebelum kereta datang. Tiba-tiba dia bilang ke saya : makan yang banyak - kurus banget - gimana bisa hamil - ga boleh hamil ini.. harus gendutin badan dulu. Ingin rasanya saya tutup mulutnya saat itu, seorang yang baru saya kenal langsung men-judge tentang kehamilan. Kalaupun ingin memberi nasehat, caranya sudah sangat salah. Saya balas saat itu - banyak teman saya yang ukuran tubuhnya seperti saya dan sudah punya anak, bahkan ada yang dua, ada yang tiga. Hamil itu rezeki. Allah yang atur. Belum selesai saya bicara, teman baik saya sudah paham benar dengan situasi dan mulai menenangkan saya. Dia pergi dengan kereta yang baru datang. Dan saya tidak habis pikir dengan kata-katanya

Saya pergi ke dokter kandungan. Memastikan semua baik-baik saja. Beberapa tes saya lakukan. Semua baik-baik saja, hamdallah. Saya sehat. Dari segi kesehatan saya bisa hamil. Sangat baik keadaannya. Begitu tutur dokter perempuan yang jadi langganan orang Indonesia disini (Korea). Saya menangis haru saat itu - berkaca-kaca. Kemudian, saya tanya satu pertanyaan yang cukup mengganggu saya, tentang bobot tubuh dan hubungannya dengan kehamilan. Dokter bilang tidak ada hubungannya. Bobot tubuh saya bukan masalah, bukan faktor yang bisa menghambat kehamilan. Yang perlu dijaga adalah asupan makanan, pola hidup dan vitamin. Itu saja. Lihat - tubuh orang Korea itu mungil-mungil dan mereka bisa hamil. Tidak ada masalah.

Lain hari saya menangis di depan teman-teman saya tentang ini. Tidak bisa menahan sendiri dan butuh semangat. Dan teman-teman saya adalah ibu-ibu muda yang ukuran tubuhnya sama dengan saya. Mereka hamil. Mereka punya anak. Mereka menenangkan dan mengingatkan bahwa semuanya milik Allah. Jangan stres karena itu akan mengganggu. 

gambar ini hasil googling ^^

Dia- perempuan yang belum menikah saat itu. Baru bertemu dua kali, yang berhasil meninggalkan sakit hingga hari ini. Ingin melupa tapi sungguh membekas. 

Pelajaran berharga! Jaga ucapan - jangan menjadi orang yang ceria tapi tidak tahu batasnya. Berinteraksi itu ada aturannya - seberapa dekat kamu dengannya; seberapa dekat kamu tahu sifatnya. Ucapkan yang baik-baik - yang positif. Kalau tidak sanggup, maka diam. 
Pelajaran lainnya - jaga kesehatan ^^

Semoga kita semua bisa menjaga hati dan perasaan orang lain. Pengingat juga untuk diri saya. Semoga tidak ada yang pernah tersakiti dengan ucapan saya.

Semua orang ingin menjadi sempurna, mendekati sempurna - tapi Allah tahu yang terbaik, termasuk dengan fisik yang Allah beri untuk kita. 

Saya menulis, karena tiba-tiba saya teringat lagi *nangis dipojokan*

Seoul 10 Juli 2016   04.46 PM

2 komentar:

  1. hmmm... saya mau ikut kesel ah. Mulutmu harimaumu, kata peribahasa jaman SD dulu. Mungkin masih berlaku. Mungkin suatu hari, orang itu diterkam kata-katanya sendiri. (Saya bukan mendoakan, cuma berandai-andai).

    Jaga kesehatan, terutama kesehatan dompet. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya~ oergi ke dokter kandungan ternyata mahal ya.
      Hahaha..

      Hapus